Info&tanya jawab

Sabtu, 24 Agustus 2019

Embung Mengering, Warga Konsumsi Air Payau Seharga 160 Ribu Rupiah per Kubik

Foto: Fernandez Dickal‎
Masyarakat desa Tanah Werang di Kecamatan Solor Timur dari tahun ke tahun terus mengalami kesulitan pasokan air. Saat puncak musim kemarau, warga pun membeli air dari desa tetangga seharga 160.000 per meter kubik. Hal ini diungkapkan oleh Dikal Fernandez melalui akun medsosnya pada Sabtu (24/8/2019).
 "Di desa ini tidak ada sumur galian maupun sumur bor. Karenanya, warga memanfaatkan tampungan air hujan untuk dipakai memenuhi kebutuhan sehari-hari," tulis Dikal. Dikal menunjukkan, tampungan air berupa embung tersebut letaknya di lokasi yang lebih tinggi di sebelah utara desa.
Terkait kelayakan konsumsi, Dikal menuturkan bahwa air embung warnanya agak kehijauan. Saat diminum tidak berbau tapi berasa sepat atau agak pahit. Warga pun harus membayar Rp 10.000 setiap pengambilan air embung tersebut sekali seminggu pada hari Jumad.
 Sayangnya, embung ini hanya bertahan hingga bulan Agustus. Selebihnya, cadangan air hujan tersebut mengering dan warga beralih membeli air yang agak asin dari Lamakera yang berjarak 6-8 km.
 Biasanya air dari Lamakera dihargai Rp. 35.000 per drum. Ukuran drum tersebut adalah 220 liter sehingga harga per kubik disetarakan menjadi Rp 160.000. (Teks: Fernandez Dickal, Edit: Simpet)

Foto: Fernandez Dickal‎

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar